Tidak ada makanan yang lebih ideal bagi bayi selain ASI yang diciptakan Tuhan. Tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan gizi bayi, ASI memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak. Dilihat dari kandungan nutrisinya, ASI tidak tergantikan, bahkan oleh susu formula. Bayi membutuhkan sekitar 650 kkal energi atau 32 ons (1 liter) ASI per hari, hingga berumur enam bulan. Ibu yang memiliki anak kembar tidak perlu khawatir karena secara alami, ibu menghasilkan ASI yang berjumlah dua kali lipat. Selain kedekatan antara ibu dan anak, pemberian ASI eksklusif pada bayi memiliki keuntungan, antara lain membangun sistem kekebalan tubuh serta suplai energi, protein, dan zat gizi lain dengan seimbang. Bahkan, hasil penelitian membuktikan bahwa intelektualitas dan kognitif bayi yang mendapatkan ASI, memiliki IQ lebih tinggi 3,2 poin dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula.
Ketika berumur enam bulan hingga satu tahun, bayi membutuhkan 850 kkal energi per hari. Jumlah ini melebihi ASI yang dihasilkan oleh wanita yang sedang menyusui . Oleh karena itu,bulan ketujuh dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memulai konsumsi makanan yang padat atau setengah padat karena bayi belum memiliki gigi untuk mengunyah. Memberi makanan kering, atau bahkan makanan dengan kandungan air 50% atau 60% dapat menyebabkan bayi Anda mengalami dehidrasi. Untuk itu, Anda dapat memulainya dengan memberikan sereal, sayuran dan buah, polong-polongan, serta kacang-kacangan.
Ketika bayi mulai belajar makan, makanan pertama yang dianjurkan adalah sereal yang dimasak dengan 85% air. Beras (nasi) merupakan makanan yang paling tidak alergi hingga dianjurkan sebagai makanan pertama. Alergi merupakan salah satu isu yang paling sering muncul terkait kesehatan bayi.
Jika ingin memberi makanan yang baru pada bayi Anda, sebaiknya Anda memberikannya satu per satu dengan sedang waktu beberapa hari untuk melihat apakah terdapat intoleransi pada jenis makanan tertentu.
Setelah sereal atau beras, berikan bayi Anda sayuran karena sebagian besar bayi tidak alergi pada sayur dibandingkan dengan buah. Beberapa ahli kesehatan yakin bahwa lebih baik tidak terlalu cepat memberi buah yang manis sebelum bayi bisa menerima sayuran lunak. Rasa manis yang terdapat dalam ASI mungkin menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap rasa manis merupakan bawaan lahiriah.
Polong-polongan beserta hasil produknya (tahu, tempe, dan sebagainya) merupakan makanan yang diberikan pada saat anak Anda berumur 6 bulan atau idealnya berumur 8 bulan. Kacang diberikan pada saat gigi susu telah tumbuh agar bayi tidak tersedak, sedangkan selai kacang bisa dikonsumsi lebih awal.
Telur dan susu sapi merupakan makanan paling alergi yang tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak Anda sebelum mencapai umur 12 bulan. Sebuah penelitian di Inggris yang dilakukan oleh Jean Carper, mengungkapkan bahwa bayi yang pada tahun pertamanya tidak diberi susu, telur, ikan, atau kacang-kacangan, memiliki tiga kali kekebalan tubuh dalam menanggulangi kondisi alergi, misalnya eksema dan asma. Oleh karena itu, ibu menyusui dianjurkan untuk menghindari jenis makanan tersebut.
Membuat Susu Formula Bayi Agar formula susu sapi mendekati kandungan ASI, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, susu sapi sapi harus dipanaskan terlebih dahulu karena bayi mengalami kesulitan untuk mencerna berbagai protein apa saja. Proses ini dinamakan denaturasi yang bertujuan menguraikan protein dan menjadikannya lebih mudah diuraikan oleh enzim dalam tubuh bayi. Jika bayi alergi terhadap protein susu, denaturasi tidak banyak membantu. Dengan demikian, gunakan susu kedelai. Saat ini, banyak rumah sakit yang memberikan susu kedelai pada bayi yang baru lahir yang tidak menerima ASI secara rutin. Tentunya, kandungan dalam susu keledai tidak kalah dengan susu formula.
Kedua, pencairan susu sapi. Dibandingkan dengan ASI, susu sapi memiliki jumlah kalori per unit berat yang sama (sekitar 20 kkal per gram atau cc). Namun, susu sapi mengandung dua kali lipat jumlah protein dan mineral utamanya. Oleh karena itu, dua kali juga beban yang harus ditanggulangi oleh ginjal hingga untuk mempermudah pencernaan, dibutuhkan pencairan dengan menggunakan air yang steril dengan perbandingan 2 : 1. Hal tersebut menjadi sangat ironis karena dua nutrisi “pertumbuhan” yang sering dipromosikan (kalsium dan protein), jika terdapat dalam jumlah yang begitu banyak dan tidak dicairkan, bisa mengakibatkan kematian pada bayi.
Ketiga, pemulihan kembali kalori dalam susu. Susu sapi memiliki kepadatan kalori yang sama seperti dengan ASI, sekitar 20 kkal per ons cairannya. Hanya saja, ASI mengandung karbohidrat (laktosa) yang lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Setelah proses pencairan, kepadatan kalorinya tersisa setengah sehingga jumlah ini tidak akan mencukupi kebutuhan energi dalam tubuh bayi. Jadi, dilakukan penambahan sumber karbohidrat agar lebih mudah dicerna, misalnya sirop jagung (yang sebagian besarnya adalah glukosa).
Kesimpulannya, dalam mempersiapkan formula bagi bayi, susu sapi harus mengalami denaturasi protein, kemudian dicairkan dengan air, dan ditambah dengan sumber karbohidrat (misalnya, sirop jagung). Walaupun menyerupai ASI, tetap ada yang tidak bisa diubah, yaitu kurangnya zat antibodi.